Minggu, 08 Mei 2011

RIZA NIRWANSYAH

20207956

IAS 39

INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Instrumen keuangan adalah kontrak yang mengakibatkan timbulnya asset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas lainnya.

Asset Keuangan adalah asset berupa :

1. kas

2. instrumen ekuitas entitas lain

3. hak kontraktual:

- untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain

- untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain yang persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan bagi entitas sendiri.

4. kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas sendiri dan merupakan:

- instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas itu untuk menerima instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variabel , atau

- instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui pertukaran kas atau asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah tetap. Untuk maksud ini, instrumen ekuitas entitas sendiri tidak mencakup instrumen yang berupa kontrak untuk menerima dan menyerahkan instrumen ekuitas entitas sendiri di masa depan; instrumen ekuitas entitas sendiri juga tidak mencakup instrumen keuangan yang dapat dijual dengan harga tertentu di masa depan (puttable financial instrument).


Kewajiban keuangan mencakup:

1. kewajiban kontraktual:

- untuk menyerahkan kas atau asset keuangan lainnya kepada entitas lain; atau

- untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan yang persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan bagi perusahaan; atau

2. kontrak yang akan atau bisa diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas sendiri dan berupa:

- instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas untuk menyerahkan instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variabel atau

- instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui pertukaran kas atau asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah tetap. Untuk maksud ini, instrumen ekuitas entitas sendiri tidak mencakup instrumen keuangan yang dapat dijual dengan harga tertentu di masa depan (puttable financial instrument).


Contoh instrumen keuangan yang termasuk dalam cakupan IAS 39:

1. kas

2. giro dan deposito

3. commercial paper

4. utang dan piutang usaha, wesel, dan pinjaman

5. sekuritas utang dan ekuitas, baik dari perspektif pemegang maupun penerbitnya. Kategori ini mencakup investasi dalam perusahaan anak, perusahaan assosiasi, dan usaha patungan.

6. sekuritas yang dijamin dengan asset, seperti kewajiban hipotik dengan jaminan, kesepakatan pembelian kembali, dan securitised packages of receivables

7. derivatif, yang mencakup opsi, right, waran, kontrak berjangka, kontrak forward, dan swap.


Sesuai dengan IAS 39 maka aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:

1. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi.

2. Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo.

3. Pinjaman dan Piutang.

4. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual.


Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi dapat termasuk aset keuangan yang dipegang untuk tujuan diperdagangkan (trading) atau memang memilih untuk dimasukkan pada kategori ini. Aset keuangan dimasukkan dalam kategori dengan tujuan untuk diperdagangkan jika entitas memiliki tujuan untuk menjual atau membeli kembali dalam jangka waktu dekat. Apabila entitas memang memilik untuk dimasukkan dalam kategori ini maka disebut dengan fair value option.


Kategori kedua, Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo, mencakup aset keuangan dengan pembayaran yang tetap dan tertentu serta ada jangka waktu jatuh tempo dimana entitas memiliki keinginan positif dan kemampuan untuk memegangnya sampai dengan jatuh tempo. Aset keuangan ini mencakup investasi dalam obligasi dan instrumen utang lainnya dimana entitas tidak akan menjualnya sebelum masa jatuh tempo.


Kategori ketiga, Pinjaman dan Piutang, termasuk aset keuangan dengan pembayaran yang telah ditentukan waktunya serta tetap yang tidak memiliki nilai pada pasar aktif. Termasuk di dalam kategori ini adalah piutang, wesel tagih, pinjaman dll.


Kategori keempat, Aset keuangan yang tersedia untuk dijual, termasuk aset keuangan yang tidak termasuk dalam ketiga kategori tersebut di atas atau entitas yang memilih untuk mengklasifikasikan asetnya ke dalam golongan ini.


Pengakuan :

Entitas harus mengakui aset keuangan ketika entitas tersebut menjadi bagian dalam provisi kontrak dari instrumen keuangan tersebut. Hal ini berarti bahwa entitas mengakui semua hak kontraktual yang menimbulkan aset keuangan dalam neracanya. Transaksi yang direncanakan terjadi di masa datang meskipun dalam kemungkinan yang sangat besar tidak dapat dicatat sebagai aset keuangan karena entitas tersebut belum diakui sebagai bagian dari kontrak


Penghapusan :

Sesuai IAS 39 penghapusan aset keuangan dilakukan jika salah satu dari kriteria berikut terpenuhi:

1. Hak kontraktual atas arus kas dari aset keuangan telah kadaluarsa, atau

2. Aset keuangan telah dialihkan (dijual) dan pengalihannya pengalihan tersebut memenuhi kriteria penghapusan yang didasarkan pada evaluasi pengalihan resiko pengalihan dan imbalan dari kepemilikan atas aset keuangan.

Kriteria pertama di atas mudah untuk dilihat misalnya karena konsumen telah membayar atau menggunakan opsinya, dll. Namun kriteria kedua lebih rumit karena harus dilakukan penilaian atas pengalihan resiko dan imbalan (risk and reward) atas kepemilikan aset. Apabila entitas secara substansial telah mengalihkan semua resiko dan imbalan kepemilikan maka entitas akan melakukan penghapusan atas aset keuangan perusahaan.


Pengukuran :

1. Pengukuran awal (initial measurement), yaitu :

Ketika aset keuangan diakui dalam neraca maka harus dicatat pertama kali dengan nilai wajarnya. Nilai wajar merupakan harga transaksi actual atau yang diestimasi pada saat berlangsungnya transaksi antara pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa yang memiliki pengetahuan yang cukup atas aset keuangan yang diukur.

2. Pengukuran selanjutnya (subsequent measurement), yaitu :

Pengukuran selanjutnya dari aset keuangan menggunakan salah satu di antara tiga metode yaitu metode biaya (cost), biaya teramortisasi (amortized cost) dan nilai wajar (fair value).

Subsequent measurement menggunakan metode cost ketika suatu instrumen tidak dapat diukur pada nilai wajarnya sehingga laba rugi yang belum terealisasi tidak akan dicatat/diakui namun laba/rugi akan diakui ketika investasi dalam kategori ini dijual atau dihapus.

Subsequent measurement menggunakan metode amortized cost untuk mendapatkan tingkat bunga yang konstan selama masa manfaat aset. Aset keuangan yang diukur dengan cara ini adalah Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo & Pinjaman dan Piutang. Apabila Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo & Pinjaman dan Piutang dijual maka keuntungan dan kerugian yang terealisasi akan dicatat dalam laporan laba rugi. Metode amortisasi yang digunakan dalam metode ini adalah effective interest rate method.

Subsequent measurement menggunakan metode fair value untuk aset keuangan kategori Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi & Aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Investasi yang termasuk dalam kategori ini termasuk investasi dalam instrumen utang dan ekuitas. Pengukuran dengan fair value tidak dapat dilakukan ketika instrumen ekuitas tidak memiliki nilai pada pasar aktif dan tidak dapat diukur secara andal pada nilai wajarnya. Untuk kategori Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi semua perubahan dalam nilai wajarnya dilaporkan dalam laporan laba rugi namun untuk kategori Aset keuangan yang tersedia untuk dijual semua perubahannya dilaporkan sebagai komponen yang terpisah dari ekuitas sampai terealisasi dimana ketika realisasi itu terjadi (melalui penjualan) maka akan dicatat dalam laporan laba rugi.


Pengungkapan :

IAS 39 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut berkaitan dengan instrumen keuangan:

1. Pengungkapan kebijakan manajemen resiko.

2. Syarat, kondisi dan kebijakan akuntansi yang meliputi informasi tentang luas dan sifat dari aset keuangan termasuk syarat dan kondisi yang mungkin memengaruhi jumlah, waktu dan arus kas di masa datang serta kebijakan akuntansi dan metode yang diadopsi yang mencakup kriteria pengakuan dan pengukuran.

3. Resiko tingkat bunga yang meliputi informasi tentang tanggal jatuh tempo dan tingkat suku bunga efektif.

4. Resiko kredit yang mencakup pengungkapan eksposure resiko kredit yang meliputi jumlah yang mencerminkan eksposure resiko kredit maksimum pada tanggal pelaporan tanpa memperhitungkan nilai wajar dari jaminan dalam hal pihak lain gagal dalam memenuhi kewajibannya berkaitan dengan instrumen keuangan.

Informasi tentang nilai wajar termasuk fakta-fakta atau kondisi yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menentukan nilai wajar secara tepat waktu.
ketentuan pencatatan akuntansi atas setoran modal saham diatur dalam PSAK No. 21 mengenai Akuntansi Ekuitas.

Dalam bagian definisi dijelaskan bahwa ekuitas merupakan bagian hak pemilikan dalam perusahaan, yaitu selisih antara aset dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Ekuitas terdiri atas setoran pemilik yang sering kali disebut modal atau simpanan pokok anggota untuk badan hukum koperasi, saldo laba, dan unsur lain.

Jadi, dalam hal ini modal saham adalah merupakan bagian dari Ekuitas di Neraca Perusahaan.

Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun Tambahan Modal Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.

Untuk jenis saham yang diatur dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian, setoran saham tunai dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan kurs berlaku tanggal setoran.

Untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang asing dalam akta pendiriannya, setoran tunai baik rupiah atau mata uang asing lain harus dikonversi ke mata uang asing dalam akta pendirian sesuai kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta pendirian atau keputusan Pemerintah menentukan kurs tetap.

Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal, harus dibukukan sebagai bagian dari modal dalam akun Selisih Kurs atas Modal Disetor dan bukan merupakan unsur laba rugi.

Dalam bagian Penyajian dan Pengungkapan diatur antara lain bahwa Modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang disetor, nilai nominal, dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca.



Pustaka :
http://www.warsidi.com/2009/12/asset-keuangan-financial-asset-definisi.html
http://michaelorstedsatahi.wordpress.com/2011/05/07/instrumen-keuangan/
http://en.wikipedia.org/wiki/IAS_39

Sabtu, 30 April 2011


Kurs mata uang Dollar Amerika (USD) - Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) sangat penting bagi kita terutama para Foreign Exchange Traders.

Kurs dollar terhadap Rupiah setiap saat bisa berubah-ubah atau berfluktuasi.

Berikut Kurs US Dollar dengan Rupiah Tanggal 25 April 2011 dari berbagai sumber terpercaya, ditampilkan dalam bentuk grafik seperti diatas berikut.

Kurs Rp 1 = $ 8.625
Terdepresiasi = 10.000

Berikut Laporan Neraca Translasi yang telah dibuat :

PT Unilever Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan



Neraca Konsolidasian





31 Desember 2010












Keterangan Rp $ CR CNC MNM Temp
ASET












Aset Lancar












Kas dan setara kas 317.759.000.000 36.841.623 31.775.900 31.775.900 31.775.900 31.775.900
Piutang usaha





(Setelah dikurangi penyisihan piutang





tidak tertagih sebesar





Rp 3.981.000.000 pada tahun 2010)





- Pihak ketiga 1.445.450.000.000 167.588.406 144.545.000 144.545.000 144.545.000 144.545.000
- Pihak hubungan istimewa 122.088.000.000 14.155.130 12.208.800 12.208.800 12.208.800 12.208.800
Uang muka dan piutang lain-lain





- Pihak ketiga 182.773.000.000 21.191.073 18.277.300 18.277.300 18.277.300 18.277.300
- Pihak hubungan istimewa 2.322.000.000 269.217 232,200 232,200 232,200 232,200
Persediaan 1.574.060.000.000 182.499.710 157.406.000 157.406.000 182.499.710 157.406.000
(Setelah dikurangi penyisihan





persediaan usang dan persediaan tidak





terpakai/tidak laris sebesar





Rp 63.306.000.000 pada tahun 2010)





Pajak dibayar di muka 51.533.000.000 5.974.841 5.153.300 5.153.300 5.153.300 5.153.300
Beban dibayar di muka 52.145.000.000 6.045.797 5.214.500 5.214.500 5.214.500 5.214.500







Jumlah Aset Lancar 3.748.130.000.000 434.565.797 374.813.000 374.813.000 399.906.710 374.813.000







Aset Tidak Lancar












Aset tetap 4.148.778.000.000 481.017.739 414.877.800 481.017.739 481.017.739 481.017.739
(Setelah dikurangi akumulasi





penyusutan sebesar





Rp 913.074.000.000 pada tahun 2010)





Goodwill 61.925.000.000 7.179.710 6.192.500 7.179.710 7.179.710 7.179.710
(Setelah dikurangi akumulasi





amortisasi sebesar





Rp 22.029.000.000 pada tahun 2010)





Aset tidak berwujud 646.356.000.000 74.939.826 64.635.600 74.939.826 74.939.826 74.939.826
(Setelah dikurangi akumulasi





amortisasi sebesar





Rp 353.522.000.000 pada tahun 2010)





Beban pensiun dibayar di muka 45.696.000.000 5.298.087 4.569.600 5.298.087 5.298.087 5.298.087
Aset lain-lain 50.377.000.000 5.840.812 5.037.700 5.840.812 5.840.812 5.840.812







Jumlah Aset Tidak Lancar 4.953.132.000.000 574.276.174 495.313.200 574.276.174 574.276.174 574.276.174







JUMLAH ASET 8.701.262.000.000 1.008.841.971 870.126.200 949.089.174 974.182.884 949.089.174














KEWAJIBAN












Kewajiban Lancar












Pinjaman jangka pendek 190.000.000.000 22.028.986 19.000.000 19.000.000 19.000.000 19.000.000
Hutang usaha





- Pihak ketiga 1.612.672.000.000 186.976.464 161.267.200 161.267.200 161.267.200 161.267.200
- Pihak hubungan istimewa 203.921.000.000 23.643.014 20.392.100 20.392.100 20.392.100 20.392.100
Hutang pajak 208.778.000.000 24.206.145 20.877.800 20.877.800 20.877.800 20.877.800
Beban yang masih harus dibayar 1.460.974.000.000 169.388.289 146.097.400 146.097.400 146.097.400 146.097.400
Hutang lain-lain





- Pihak ketiga 555.057.000.000 64.354.435 55.505.700 55.505.700 55.505.700 55.505.700
- Pihak hubungan istimewa 171.538.000.000 19.888.464 17.153.800 17.153.800 17.153.800 17.153.800







Jumlah Kewajiban Lancar 4.402.940.000.000 510.485.797 440.294.000 440.294.000 440.294.000 440.294.000







Kewajiban Tidak Lancar












Kewajiban pajak tangguhan 49.939.000.000 5.790.029 4.993.900 5.790.029 4.993.900 5.790.029
Kewajiban imbalan kerja 199.530.000.000 23.133.913 19.953.000 23.133.913 19.953.000 23.133.913







Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 249.469.000.000 28.923.942 24.946.900 28.923.942 24.946.900 28.923.942







HAK MINORITAS 3.434.000.000 389.145 343,400 389.145 343,400 389.145







EKUITAS 4.045.419.000.000 469.034.087 404.541.900 479.473.087 508.598.584 479.473.087







JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 8.701.262.000.000 1.008.841.971 870.126.200 949.089.174 974.182.884 949.089.174





















Catatan atas laporan keuangan konsolidasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.



























Berdasarkan menurut laporan neraca tersebut adanya Rugi Translasi yang terjadi.



Selasa, 26 April 2011

RIZA NIRWANSYAH

20207956

TRANSLASI MATA UANG ASING

AKUNTANSI INTERNASIONAL



Latar Belakang


Translasi yaitu perubahan satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam Rupiah Indonesia disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen Dollar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait.


Saldo-saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestik berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Mata uang Negara dagang utama dibeli dan dijual dalam pasar global. Dengan dihubungkan lewat jaringan telekomunikasi yang canggih, para pelaku pasar mencakup bank dan perantara mata uang lainnya, kalangan usaha, para individu, dan pedagang professional. Dengan menyediakan tempat bagi para pembali dan penjual mata uang, pasar mata uang asing memfasilitasi transfer pembayaran internasional (contoh: dari importer kepada eksportir), memungkinkan terjadinya pembelian atau penjualan internasional secara kredit (contoh: letter of credit suatu bank yang memungkinkan barang dikirimkan kepada pembeli yang belum dikenal sebelum dilakukan pembayaran), dan meyediakan alat bagi para individu atau kalangan usaha untuk melindungi diri mereka dari resiko nilai mata uang yang tidak stabil.


Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap. Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk perbedaan tingkat inflasi antar Negara, perbedaan suku bunga nasional dan ekspektasi terhadap arah nilai tukar di masa mendatang. Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot.


Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara asing, dalam kesempatan yang sama melindungi diri terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.


Mengukur dan mengantisipasi eksposur akuntansi


Eksposur akuntansi adalah mengukur seberapa jauh laporan keungan konsolidasi dari suatu perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs valas. Eksposur ini muncul karena adanya kebutuhan untuk mengkonversi laporan keuangan dari operasi perusahaan di luar negeri yang menggunakan mata uang local ke dalam mata uang Negara asal untuk tujuan konsolidasi dan pelaporan. Laporan keuangan konsolidasi umumnya digunakan oleh manajemen perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan afiliasi di luar negeri. Bila kurs valas berubah sejak periode pelaporan sebelumnya, maka translation atau penilaian ulang atas asset, utang, penerimaan, biaya, laba, dan rugi yang didenominasi dalam valas akan menyebabkan laba/rugi valas (foreign exchange gains or losses). Kemungkinan laba/rugi valas ini diukur oleh angka eksposur akuntansi.


Perlukah mengukur eksposur akuntansi


Perusahaan transnasional yang tidak peduli dengan eksposur akuntansi umumnya berpendapat bahwa pendapatan yang diperoleh oleh cabang-cabang perusahaan tidak perlu dikonversi dalam mata uang perusahaan induknya. Ini diakibatkan karena mereka tidak yakin eksposur akuntansi relevan. Kendati demikian, perlu dipahami apa yang mempengaruhi derajat eksposur perusahaan terhadap kemungkinan laba/rugi karena konversi lapran keuangan. Besar kecilnya eksposur akuntansi tergantung dari :

Ø Seberapa jauh peranan cabang-cabang perusahaan di luar negeri. Semakin besar persentase bisnis perusahaan yang dilakukan oleh cabang di luar negeri, semakin besar persentase pos-pos laporan keuangan yang mudah terpengaruh eksposur akuntansi.

Ø Lokasi cabang-cabang perusahaan di luar negeri. Ini diakibatkan karena pos-pos laporan keuangan di setiap cabang biasanya dinyatakan dalam mata uang local di Negara tersebut.

Ø Standar akuntansi yang dipergunakan. Setiap Negara umumnya mempunyai standar akuntansi yang sudah baku , yang amat bervariasi antar Negara.

Alasan-alasan untuk melakukan translasi


Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi.


Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relative mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode ke periode lain sulit dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi dan posisi keuangan.


Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran resiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.


Metode konversi mata uang


Diseluruh dunia setidaknya dikenal 5 jenis metode konversi mata uang, yaitu :

1. Metode Kurs Tunggal

Metode ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai tukar, yaitu kurs terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancer. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya. Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang asing jika ekuivalen dalam mata uang digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.

2. Metode Kurs Berganda

Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.

3. Metode Kini-Nonkini

Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban lancer anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancer ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan kurs histories yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh. Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.

4. Metode Moneter-Nonmoneter

Metode Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca unutk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non kini.

5. Metode Temporal

Dengan menggunakan metode temporal, tranlasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayar pada saat jatuh temponya.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya histories, ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan biaya historis dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar histories menghasilkan biaya historis dalam mata uang domestik.


Kelima metode yang dibahas pada satu waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari ini di berbagai Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil translasi mata uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs kini, metode kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat dilindungi dari resiko mata uang asing.

Ada 3 pertanyaan penting yang berkaitan dengan pembahasan metode translasi:
1. Apakah menggunakan lebih dari 1 metode translasi diperbolehkan?

2. Jika Ya, metode manakah yang digunakan dan dalam kondisi apakah metode tersebut harus diterapkan?

3. Apakah terdapat situasi di mana translasi sama sekali tidak boleh dilakukan?

Terkait dengan pertanyaan pertama, jelas terlihat bahwa satu metode translasi saja tidak dapat memenuhi dengan sama translasi yang dilakukan berdasarkan kondisi yang berbeda dan untuk tujuan berbeda. Lebih dari satu metode translasi yang diperlukan. Terkait dengan pertanyaan kedua, kami berpendapat bahwa terdapat tiga pendekatan translasi yang berbeda yang dapat diterima:

- metode historis,

- metode kini, dan

- tidak dilakukan translasi sama sekali.

Terkait dengan pertanyaan ketiga, perlu translasi sekali tidak bolehdilakukan jika induk perusahaan dan anak perusahaan berada di dalam satu Negara tertentu karena tidak perlu diperlukan. Hal itu diakibatkan oleh karena kedua perusahaan (baik anak maupun induk berada dalam suatu Negara yang mata uangnya sama).

Namun demikian, jika anak dan induk perusahaan itu terpisah, yang dalam artian berada di dua negara yang berbeda, maka metode translasi harus diterapkan untuk mengimplementasikan proses kurs asing.


KURS KINI YANG TEPAT


Sejauh ini istilah kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada historis atau kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam situasi ini harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada. Beberapa alternative yang disarankan adalah:

1. kurs pembayaran dividen

2. kurs pasar bebas, dan

3. kurs penalty atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait dalam kegiatan ekspor impor.


Transaksi dengan mata uang asing


Ciri utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.


Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional. Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi dalam Negara asing (yaitu suatu anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang lokal (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang lokal (contoh euro untuk anak perusahaan dari suatu perusahaan AS yang berada di Belanda) adalah mata uang fungsionalnya.


Untuk menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi.


Pustaka :

http://pojokinfo.wordpress.com/2008/03/03/translasi-valuta-asing/

http://kornetcincang.blogspot.com/2009/05/translasi-mata-uang-asing.html